Oleh: M. Azam Prihatno Azwar*)
R |
akyat Indonesia, saat ini, sedang dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi yang sangat berat. Tingginya harga minyak dunia yang mencapai 125 dollar per barel, membuat pe-merintah Indonesia kelimpungan, sehingga mengambil kebijakan untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Yang dengan demikian akan menaikkan harga BBM.
Ditambah lagi apabila pemerintah benar-benar akan mencabut subsidi bahan bakar minyak, maka seluruh sektor kehidupan masyarakat akan terkena dampak negatifnya. Kondisi sulit seperti ini seakan-akan hanya dibebankan kepada rakyat kelas bawah belaka.
Menghadapi kondisi sulit seperti ini, pemerintah kita seperti tidak berdaya menghadapinya. Solusi yang ditawarkan pemerintah hanya solusi yang bersifat karitatif belaka, seperti yang sudah kita dengar bahwa solusi yang ditawarkan adalah misalnya seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT). Solusi seperti ini jelas tidak akan menyelesaikan persoalan mendasaryang dihadapi rakyat, ini hanya akan ”menghibur” sesaat saja atas penderitaan rakyat.
Kendati pun demikian, kita masih bersyukur, karena masih ada sebagian masyarakat yang terus memprotes kebijakan yang tidak merakyat ini. Di seluruh daerah para mahasiswa turun berdemonstrasi menyuarakan jeritan hati rakyat, walaupun dengan resiko mendapat ”hadiah” pentungan dari petugas keamanan.
Aksi-aksi yang dilakukan para mahasiswa mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Bagi yang pesimis, menganggap bahwa aksi ini tidak akan membawa hasil yang menggembirakan. Ada juga yang memberikan apresiasi positif dengan harapan aksi ini akan didengar oleh Pengambil Kebijakan dan mau berpikir ulang terhadap kebijakan yang akan diambil, yang terasa tak adil bagi masyarakat.
Terlepas dari itu semua, aksi-aksi protes tersebut memang telah diperintahkan oleh Allah swt kepada manusia, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an Surat Ali ’Imran ayat 104:
Mengingat luasnya dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah-tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum berada pada posisi mapan, maka peristiwa seperti ini akan menjadikan negara kita mengalai ”Bencana Nasional”. Apa yang dialami rakyat Indonesia saat ini tergambarkan dengan sempurna pada Kitab Suci al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:
Namun, kita jangan salah menafsirkan firmanNya tersebut, dengan beranggapan bahwa kejadian sulit yang kita alami memang sudah menjadi ketetapan Allah swt; semua ini sudah menjadi qudrah dan iradah Allah swt, sehingga kita hanya pasrah dalam menghadapi ”Bencana Nasional” ini.
Mengapa kita tidak boleh beranggapan yang demikian? Karena Allah swt juga menjelaskan melalui firmanNya, sebagai berikut:
”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri,... (QS: asy-Syura [42]: 30) kita untuk tidak begitu saja menerima kejadian ini. Ayat ini mendorong manusia untuk selalu melakukan evaluasi dan refleksi atas setiap musibah/kesulitan yang dialami.
”Bencana Nasional” yang kita hadapi saat ini secara kebetulan bersamaan dengan peringatan ”satu abad Kebangkitan Nasional” seolah-olah menyampaikan spirit untuk tidak jatuh dan kalah dalam menghadapi musibah ini. Semangat Kebangkitan Nasional, seandainya tidak sekedar diperingati tapi dijadikan motivasi untuk tetap berikhtiar, (semoga) dapat sedikit mengurangi beban berat kehidupan.
QS: asy-Syura (42) ayat 30, juga menyadarkan kita bahwa semua ini terjadi karena perilaku kita sendiri yang menjadikan kesengsaraan hidup. Karena itu, Islam, menawarkan solusi yang paling hakiki yaitu dengan melakukan perbaikan diri dalam arti yang seluas-luasnya.
Oleh karena itu, moralitas pejabat dan juga masyarakat harus kembali dibangun dengan landasan moralitas kenabian. Selain itu harus juga ada sekelompok masyarakat yang secara aktif melakukan ”moral force” (gerakan moral) untuk mengingatkan kita semua, seperti yang telah difirmankan Allah swt dalam QS. al-’Asr (103) ayat 3:
”...dan nasehat-menasehati su-paya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar