Jumat, 23 Mei 2008

Edisi Pertama No. 16

T A B A H

Oleh: Baharuddin Lopa*)

S

abar atau tabah adalah senjata hidup. Semua orang yang dilahirkan kemudian tumbuh dewasa tidak luput dari cobaan. Seseorang sewaktu-waktu dapat mengalami ujian dari Allah berupa memperoleh rezeki (kehidupan) yang lumayan, untuk dapat menghidupi diri bersama keluarganya. Tapi, dalam rezeki yang diperolehnya melekat kewajiban baginya untuk membantu golongan miskin, sebagaimana di-perintahkan oleh Allah, antara lain dalam surat al-Baqarah ayat 3: “Mendermakan sebagian daripada apa yang telah kami karuniakan kepada mereka.” Melalui ayat ini, jelas bahwa rezeki (kekayaan) itu adalah amanah Allah untuk dibaktikan kepada sesama umat.

Sebaliknya, seseorang dapat pula mengalami cobaan dari Allah lewat penderitaan hidup. Apakah penderitaan itu tidak menggoyahkan imamnya atau ia tidak berputus asa. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 155: ”Dan sesungguhnya Kami akan mencoba kamu antara lain dengan ketakutan dan kelaparan dan kekurangan harta dan jiwa serta buah-buahan, dan berilah kabar yang menyenangkan kepada mereka yang sabar”. Jelas Allah menjamin, siapa yang sabar menghadapi cobaan, ia akan mendapat kebahagiaan kelak. Arti sabar dalam hubungan ini bukan hanya tinggal di rumah menunggu rejeki dari langit. Tapi hendaklah ia berikhtiar sekuat tenaga untuk mengatasi cobaan itu. Orang yang dicoba senantiasa perlu menahan nafsu (marah). Sebab, kalau tidak, ia dapat mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tercela (mem-balas dendam dsb), se-bagaimana diperingatkan oleh Allah dalam Surah Ali Imran ayat 134 : ” ... dan menahan marah, memaafkan manusia dan Allah itu mengasihani mereka yang berbuat kebajikan”.

Menurut pengalaman, orang yang sedang dicoba oleh Allah, misalnya lewat penderitaan yang kadang diiringi musibah bertubi-tubi, kesusahannya dapat hilang karena disadarinya bahwa peristiwa itu hanyalah cobaan dari Allah dan seseorang tidak beriman sebelum ia dicoba olehNya. Sebaliknya, bagi yang memperoleh ujian berupa kekayaan atau kekuasaan, ia bisa menjadi ketakutan, tidak tenang perasaannya, bahkan hidupnya mengalami keguncangan, bila ia menyalahgunakan amanah Allah itu.

Seorang hartawan yang tidak pernah bersedekah, bahkan kekayaannya bercampur dengan pendapatan yang tidak bersih, misalnya, atau seorang penguasa yang hanya tahu memperkosa hak-hak orang-orang kecil, hidupnya senantiasa berada dalam ketakutan karena setidak-tidaknya ia pun sadar bahwa balasan atas perbuatannya yang keji itu cepat atau lambat pasti akan datang. Ketakutan dan ketidaktenangan hidup yang dialaminya sudah merupakan siksaan batin tersendiri yang diberikan oleh Allah, yang akan disusul dengan siksaan yang amat pedih dihari kemudian kelak.

Karena itu, ketabahan dan kejujuran senantiasa perlu dimiliki karena ia merupakan senjata kembar dalam menghadapi hidup dan kehidupan. Masalah ini perlu

kiranya dikemukakan karena dewasa ini, orang-orang (pemimpin-pemimpin ?) yang tidak kuat, setidak-tidaknya mudah goyah prinsip hidupnya, makin bertambah. Salah satu ciri kecenderungan ini ialah mudahnya orang tergoda oleh hal-hal yang indah (kelihatannya menyenangkan secara lahiriah); tapi jelas belum tentu membahagiakan. Ciri lain ialah mudahnya ia meninggalkan rekan senasib, bahkan kalau perlu memfitnanya, hanya untuk memperoleh jalan pintas guna mendapatkan kekayaan dan kekuasaan. Baginya, hidup ini ke-sempatan. Siapa terlambat tidak akan kebagian. Halal atau haram bukan persoalan pokok. Hal hasil, menurutnya, pendirian bisa diubah-ubah, tergantung mana yang cepat memenuhi nafsunya yang sesungguhnya akan membawa malapetaka bagi hidupnya kelak.

Namun demikian, tetap perlu kita yakini bahwa bagi orang yang melakukan dosa sekalipun, asal ia sadar untuk cepat bertobat, kemudian tabah berusaha memperbaiki nasibnya, pintu rahmat baginya masih dibukakan oleh Allah, Dia Maha Penguasa, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah berfirman dalam surah al-Maidah ayat 39 : ”Tetapi barangsiapa bertobat sesudah kezalimannya dan ia berbuat kebaikan maka sesungguhnya Allah memberi ampun kepadanya karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pe-nyayang”. Perhatikan juga ayat 40 di mana Allah berfirman: ”...Ia memberi ampun kepada siapa yang ia kehendaki karena Allah itu berkuasa atas segala sesuatu.”

Bukti bahwa ketabahan akan selalu membawa hasil dalam mem-perjuangkan sesuatu yang baik diperkuat oleh suatu cerita yang kami peroleh pada waktu mengunjungi Mesir beberapa tahun yang lalu. Alkisah, ada suatu keluarga di Mesir yang memiliki hanya satu anak, tapi cacat karena ia dilahirkan dalam keadaan buta. Setelah berusia 6 tahun, ia selalu menangis meminta kepada orangtuanya agar ia juga disekolahkan seperti anak-anak normal lainnya. Orangtuanya sadar bahwa anak yang disayangnya itu sulit diterima di sekolah.

Di samping ia tidak bisa melihat, orangtuanya juga risau sapai anaknya ini menjadi cemoohan kawan-kawannya. Namun, Allah memberi petunjuk supaya mereka berusaha terus agar anak itu dapat disekolahkan. berminggu-minggu orang-tuanya, sambil membawa anak itu, mengunjungi sekolah dasar di setiap tempat agar ia dapat diterima belajar. Namun tidak ada satupun kepala sekolah yang mau menerimanya. Para kepala sekolah umumnya memberi alasan bahwa belum ada alat yang sempurna di Mesir guna mendidik anak-anak buta. Tapi anaknya menangis terus untuk dapat disekolahkan.

Maka, atas petunjuk Allah pula, kedua orang tua tersebut membawa anaknya ke Rektor Universitas al Azhar di Kairo dan sungguh bergembira kedua orang tua tersebut, karena sang rektor mengambil dan mendidik anak itu. Ia ditugaskan melayani mahasiswa-mahasiswa yang akan diuji dan sarjana-sarjana yang akan menempuh ujian doktor. Berpuluh tahun ia bekerja sambil dibimbing langsung oleh rektor. Karena anak itu sendiri bersungguh-sungguh belajar, semua tanya jawab yang timbul dalam setiap ujian dan kuliah-kuliah yang diberikan oleh rektor dipahami olehnya. Kemajuan yang diperolehnya cukup meyakinkan. Maka sewaktu-waktu ia juga diuji untuk mendapat gelar Master, kemudian meraih gelar Doktor di Universitas al Azhar. Semua ujian dicapai dengan hasil memuaskan. Anak ini kemudian dikenal sebagai salah satu seorang intelektual terkemuka di Mesir. Pada saat Najib berkuasa (menjadi Presiden) ia diangkat menjadi Menteri Perguruan Tinggi dalam kabinet Najib.

Dengan cerita ini sekali lagi terbukti bahwa setiap usaha untuk mencapai kebaikan, asalkan dikerjakan dengan tabah, jujur dan sungguh-sungguh, insya Allah akan berhasil. Pendekatan keagamaan ini pulalah yang diterapkan terhadap para narapidana sehingga banyak di antara mereka menemukan kembali kepribadiannya setelah selesai menjalani pidananya.

Sumber : Harian Republika, Rabu 2 Nopember 1994


Edisi Pertama No. 15

Bencana Nasional

Oleh: M. Azam Prihatno Azwar*)

R

akyat Indonesia, saat ini, sedang dihadapkan pada berbagai persoalan ekonomi yang sangat berat. Tingginya harga minyak dunia yang mencapai 125 dollar per barel, membuat pe-merintah Indonesia kelimpungan, sehingga mengambil kebijakan untuk mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri. Yang dengan demikian akan menaikkan harga BBM.

Sebagai sumber energi yang paling strategis, naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) pasti akan diikuti oleh naiknya seluruh harga kebutuhan pokok. Kehidupan ekonomi dengan sendirinya akan semakin sulit berkembang, untuk bertahan saja susah. Sebelum harga minyak ini saja dinaikkan, sudah banyak kebutuhan pokok masyarakat yang harganya tidak mampu di kendalikan olehpemerintah sehingga naik dengan bebasnya (apakah ini semua aki- bat kapitalisme dan liberalisme ekonomi?).
Ditambah lagi apabila pemerintah benar-benar akan mencabut subsidi bahan bakar minyak, maka seluruh sektor kehidupan masyarakat akan terkena dampak negatifnya. Kondisi sulit seperti ini seakan-akan hanya dibebankan kepada rakyat kelas bawah belaka.

Menghadapi kondisi sulit seperti ini, pemerintah kita seperti tidak berdaya menghadapinya. Solusi yang ditawarkan pemerintah hanya solusi yang bersifat karitatif belaka, seperti yang sudah kita dengar bahwa solusi yang ditawarkan adalah misalnya seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT). Solusi seperti ini jelas tidak akan menyelesaikan persoalan mendasaryang dihadapi rakyat, ini hanya akan ”menghibur” sesaat saja atas penderitaan rakyat.


Kendati pun demikian, kita masih bersyukur, karena masih ada sebagian masyarakat yang terus memprotes kebijakan yang tidak merakyat ini. Di seluruh daerah para mahasiswa turun berdemonstrasi menyuarakan jeritan hati rakyat, walaupun dengan resiko mendapat ”hadiah” pentungan dari petugas keamanan.

Aksi-aksi yang dilakukan para mahasiswa mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Bagi yang pesimis, menganggap bahwa aksi ini tidak akan membawa hasil yang menggembirakan. Ada juga yang memberikan apresiasi positif dengan harapan aksi ini akan didengar oleh Pengambil Kebijakan dan mau berpikir ulang terhadap kebijakan yang akan diambil, yang terasa tak adil bagi masyarakat.

Terlepas dari itu semua, aksi-aksi protes tersebut memang telah diperintahkan oleh Allah swt kepada manusia, sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an Surat Ali ’Imran ayat 104:

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada keutamaan (khayr) (dengan) menegakkan yang baik (makruf) dan mencegah yang buruk (mungkar). (Dengan begitu) mereka akan mencapai kebahagiaan (falah)”

Mengingat luasnya dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah-tengah kondisi ekonomi masyarakat yang belum berada pada posisi mapan, maka peristiwa seperti ini akan menjadikan negara kita mengalai ”Bencana Nasional”. Apa yang dialami rakyat Indonesia saat ini tergambarkan dengan sempurna pada Kitab Suci al-Qur’an, yaitu sebagai berikut:

”Sungguh, Kami pasti akan menimpakan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, , kelaparan serta kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS: al-Baqarah [2] : 155)

Namun, kita jangan salah menafsirkan firmanNya tersebut, dengan beranggapan bahwa kejadian sulit yang kita alami memang sudah menjadi ketetapan Allah swt; semua ini sudah menjadi qudrah dan iradah Allah swt, sehingga kita hanya pasrah dalam menghadapi ”Bencana Nasional” ini.

Mengapa kita tidak boleh beranggapan yang demikian? Karena Allah swt juga menjelaskan melalui firmanNya, sebagai berikut:

”Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh tanganmu sendiri,... (QS: asy-Syura [42]: 30) kita untuk tidak begitu saja menerima kejadian ini. Ayat ini mendorong manusia untuk selalu melakukan evaluasi dan refleksi atas setiap musibah/kesulitan yang dialami.

”Bencana Nasional” yang kita hadapi saat ini secara kebetulan bersamaan dengan peringatan ”satu abad Kebangkitan Nasional” seolah-olah menyampaikan spirit untuk tidak jatuh dan kalah dalam menghadapi musibah ini. Semangat Kebangkitan Nasional, seandainya tidak sekedar diperingati tapi dijadikan motivasi untuk tetap berikhtiar, (semoga) dapat sedikit mengurangi beban berat kehidupan.

QS: asy-Syura (42) ayat 30, juga menyadarkan kita bahwa semua ini terjadi karena perilaku kita sendiri yang menjadikan kesengsaraan hidup. Karena itu, Islam, menawarkan solusi yang paling hakiki yaitu dengan melakukan perbaikan diri dalam arti yang seluas-luasnya.

Bangunan ”kesadaran perbaikan diri” inilah yang hendaknya menjadi landasan bagi semua pihak dalam merumuskan solusi dan itu jelas bukan dalam bentuk bantuan yang karitatif seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) perbaikan diri”, solusi yang ditawarkan akan sia-sia belaka. Selagi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme masih merajalela, tidak mungkin rakyat akan hidup lebih ”nyaman”.

Oleh karena itu, moralitas pejabat dan juga masyarakat harus kembali dibangun dengan landasan moralitas kenabian. Selain itu harus juga ada sekelompok masyarakat yang secara aktif melakukan ”moral force” (gerakan moral) untuk mengingatkan kita semua, seperti yang telah difirmankan Allah swt dalam QS. al-’Asr (103) ayat 3:

”...dan nasehat-menasehati su-paya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran”


Hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini adalah: Allah menguji keIslaman kita; apakah KeMusliman kita dapat menjadi ”setawar-sedingin” bagi persoalan tersebut.