HIJRAH SEBAGAI SARANA MEREGUK CINTA KASIH ALLAH
Oleh : Ir. Ibrahim Ratin, M.Pd *)
Kau datang waktu gelap menye-luruh, saat musafir kehilangan arah, di tengah sahara terasing sesama, dalam kegerahan hati tinggal sendiri, kala itu sinar cintaMu memancar, harapan tumbuh menyemai para musafir lalu
Dewasa ini banyak manusia yang terbelenggu dengan romantisnya kehidupan materialistis, sehingga tanpa disadari hidup mereka terancam kehilangan makna, tanpa arah yang pasti. Padahal gemerlap materi hanya mampu memberikan kenikmatan sesaat. Sementara gonjang-ganjing kehidupan materialistis dapat membuat manusia menjadi lelah, jenuh, dan salah jalan. Hidup seperti ini akan terasa gersang dan jauh dari nikmat.
“Akan datang suatu masa, dimana kehidupan tidak dapat dicapai dengan layak, kecuali dengan maksiat. Apabila tiba masa itu padamu, maka larilah kamu (hijrahlah) ke jalan Allah”
Hadits di atas menggambarkan betapa sulitnya zaman yang akan dihadapi umat manusia. Kehidupan yang layak (dalam artian materi) hanya dapat dicapai dengan cara-cara maksiat. Tanda-tanda zaman itu, sebenarnya telah tiba dikehidupan kita saat ini. Ibarat Musafir, kita berada di persimpangan jalan yang penuh semak belukar, jika salah memilih jalan maka tersesatlah kita. Banyak orang yang sepintas kehidupannya terlihat penuh dengan kesenangan. Akan tetapi kesenangan itu berwujud materi dengan tanpa dilengkapi kesenangan spirituil (rohani). Karena itu tidak heran bila kita menemukan banyak orang kaya yang mengalami stress. Dengan kekayaannya mereka berusaha mencari kepuasaan hidup yang sebetulnya tidak ada ujungnya, sampai akhirnya mereka lelah sendiri. Memang tanpa kenikmatan spiritual orang bisa menjadi stress. Jika yang kaya bisa stress apalagi yang miskin. Jika pejabat saja bisa stress apalagi yang kehilangan jabatan. Jadi intinya disini adalah Manusia sejati membutuhkan kenikmatan spiritual. Jika rohaninya nikmat, maka hidup menjadi nikmat dan bermakna.
B. KEMBALI KE JALAN ALLAH
memperoleh serta mempergunakan berbagai fasilitas duniawi dengan cara-cara yang di Ridhai Allah SWT, sehingga keseluruhannya bernilai ibadah. Mencari nafkah harus dilaksanakan dalam konteks ibadah, bahkan Islam menyetarakan perbuatan mencari nafkah yang dilakukan secara benar dan ikhlas adalah sama nilainya dengan seseorang yang sedang berjihad di jalan Allah.
Hijrah ke jalan Allah berarti menyerahkan dan menghambakan diri secara paripurna kepada Allah dengan tanpa meninggalkan keharusan berikhtiar, Faidza Azzanta Fatawakkal’alallah (berikhtiar semaksimal mungkin sembari bertawakkal kepada Allah). Hasil yang diperoleh dari ikhtiar ini harus dimaknai sebagai nikmat dari Allah yang wajib disyukuri. Allah berfirman:
Ciri-ciri orang yang hijrah ke jalan Allah diantaranya adalah:
1. orang-orang yang senantiasa mengarahkan seluruh aktivitas hidupnya dalam rangka ibadah kepada Allah (la ghayah illa Allah)
2. orang-orang yang mencintai Allah melebihi dari segala yang dicintainya (assyaddu hubbal lillah)
3 orang-orang yang lkhlas dalam menjalankan ibadah dan da’wah (mukhlisiina lahuddin)
4. orang-orang yang senantiasa bersyukur
5. orang-orang yang basah bibirnya karena berdzikir (dzikrullah)
6. orang-orang yang konsisten dalam iman dan ibadah (istiqomah)
7. orang-orang yang baik interaksinya terhadap sesama insan (hablumminannaas)
8. orang-orang yang jauh dari perbuatan maksiat
9. orang-orang yang tidak menyom-bongkan dirinya baik dalam perilaku sosial maupun dalam menunaikan tugas agama
10. orang-orang yang senantiasa berkurban dan berjihad di jalan Allah
C. MEREGUK CINTA KASIH ALLAH
Orang-orang yang berhijrah karena Allah dijamin akan merasakan nikmatnya hidup dalam iman. Hidupnya penuh ketentraman, kedamaian, rasa optimis dan terlepas dari berbagai bentuk ketakutan. Mereka akan memperoleh kenikmatan spiritual yang tidak dapat dilukiskan. Bagi mereka hidupnya dalam jaminan Allah, sebagaimana firmanNya:
“Barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan keluarkan dia dari segala kesulitan. Dan memberikan mereka rezeki dari sumber yang tidak terduga” (Q.S At Thalaq : 2 – 3)
Orang-orang yang berhijrah adalah orang-orang yang senantiasa merendahkan diri di mihrab tempat sujud mereguk cinta kasih Allah. Mereka mencintai Allah dan Allah-pun mencintai mereka. Merekalah ummat yang disebut dalam Surat Al-Maidah ayat 54 :
Sebagai penutup, ada baiknya kita renungkan beberapa syair dari Rabi’ah al ‘Adawiyah (713 – 801 Hijriyah) yang isinya sebagai berikut: