Jumat, 18 Januari 2008

Edisi Kedua (2/1/2008)

T A U B A T
Oleh M. Azam Prihatno Azwar*)


Dalam kehidupan sehari-hari sering kita saksikan perbuatan/tingkah laku manusia yang saling bertentangan dengan status sosialnya. Umpamanya: guru ngaji memperkosa anak muridnya, pemimpin menindas rakyatnya, orang miskin menyumbang untuk pembangunan, dan banyak lagi contoh contoh yang dapat kita temukan di sekitar kita.
Kejadian seperti ini hendaknya menjadi bahan renungan bagi kita, untuk mendapatkan hikmah sehingga dapat kita jadikan pedoman hidup dan kehidupan ini. Perenungan terhadap fenomena ini menjadi penting, karena dengan itu kita dapat menempatkan diri pada posisi sebagai muslim yang sebenarnya.

Banyak sekali kita temukan pada ahli agama yang tingkah lakunya bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri dan sebaliknya banyak juga kita temukan kaum awam yang akhlaknya sangat islami walaupun dia tidak ahli dalam beribadah, bahkan ada juga yang bukan ahli ibadah yang sangat santun akhlaknya.
Mengapa ini semua terjadi? Mengapa di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam tapi korupsinya merajalela? Mengapa umat Islam yang seharusnya menjadi penegak kebenaran malah kemaksiatan merajalela? Mengapa masjid yang semakin megah dan indah tetapi sepi dari jamaah? Mengapa semakin banyak orang yang bangga dengan perbuatan
dosa? Mengapa minuman haram menjadi minuman “biasa-biasa saja” bagi mereka yang mengaku muslim? Mengapa aurat wanita menjadi tontonan umum bahkan menjadi komoditas ekonomi? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Banyak sekali mengapa-mengapa lain yang dapat kita susun! Banyak sekali pertanyaan yang dapat kita angkat terhadap kejadian ini, tetapi yang terpenting apa yang mesti kita lakukan terhadap kejadian ini.
Harus disadari bahwa agama Islam bukan milik para rohaniwan juga bukan monopoli orang-orang yang memegang ijazah sekolah agama. Bila selama ini ada lembaga-lembaga yang dianggap memiliki otoritas khusus mengatur perkara agama, itu hanya pengaturan administratif. Hal-hal yang rohaniah tidak dapat diambil alih oleh lembaga-lembaga tersebut.
Komitmen terhadap agama milik semua orang. Artinya juga milik rakyat. Untuk menjadi pemeluk agama yang shaleh orang tidah harus menjadi ahli agama (bukan berarti kita tidak harus menjadi ahli agama). Sudah sangat banyak bukti, orang yang tak terduga-duga, karena kesederahanaannya dan kemiskinannya ternyata lebih sholeh dari orang-orang yang kesana-kemari tampil dengan simbol-simbol keagamaan.

Dengan kesadaran seperti inilah menurut kami, kita dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diungkap di atas tadi. Artinya setiap muslim berkewajiban menyelesaikan semua persoalan tersebut, berkewajiban memperbaiki diri demi tercapainya agama Islam yang berjaya. Islam mengajarkan “masuklah kamu dalam Islam secara kaffah (total)” jangan campur adukan yang hak dan yang bathil, “berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu”.

Kita semua tahu perintah itu, tapi kita abaikan. Kehidupan duniawi telah memperdaya kita, kesombongan telah menjadi motto kita. Kemiskinan dan kelaparan lebih kita takuti daripada azab kubur dan siksa neraka. Kekayaan dan jabatan lebih kita cintai daripada sorga dan ridho Allah.

Tempat-tempat hiburan lebih sering kita kunjungi daripada masjid. Seandainya setiap muslim mau menyadari bahwa hidup di dunia ini tidak abadi, bahwa kita semua akan mati; ketika maut menjemput terpikirlah oleh kita siapa yang akan menyembahyangkan, yang akan memohon ampunan dosa kita; tidak takutkah kita apabila 2 – 3 orang saja yang mau menyembahyangkan dan memohon ampunan kepada Allah.
Sekarang, sebelum semuanya terlambat, mari kita bertaubat memohon ampun kepada Allah SWT atas dosa kita, jangan tunda lagi, tunduklah diri dan hati kita serendah-rendahnya di hadapan Allah, mari kita bunuh kesombongan
yang bersemayam dalam jiwa, ikhlaskan setiap perbuatan dan pikiran hanya untuk mengharap ridho Allah SWT.

Tuhanku …

Begitu lama aku tidak mempedulikanmu

Aku hanya butuh Engkau ketika susahku

Bahkan kadangkala aku memarahiMu karena cobaan yang Engkau berikan

Tuhanku …

Aku sombong dan angkuh

Bujukan iblis durjana lebih kuikuti

Setiap hari hanya madu dunia yang kucari

Tuhanku …

Ampunilah salah dan dosaku

Sembuhkanlah penyakit yang ada di hatiku

Berikan petunjukMu … Ya Rabb

Sujudkanlah hatiku

Sujud yang ikhlas

Sujud pengakuan akan dosaku

Sujud pertaubatan

Aamiin ….

*) Penulis adalah salah satu pengurus masjid dan masih aktif di lembaga sosial masyarakat


Opini Jama’ah


Pandangan Pengusaha Terhadap Islam dan Lingkungannya

(Salah satu jama’ah yang identitasnya disamarkan)

Manusia sekarang ini hanya mempergunakan otak dan hawa napsu saja tidak mempergunakan hati, ini dicontohkan manusia dalam mencari rezeki tidak memandang darimana rezeki yang ia dapat, tidak peduli itu haram.
Sistim ibadah/cara beribadah kepada Allah SWT tidak baku, ini dicontohkan A dalam hal mencari rezeki (duniawi) cukup dilakukan dari pagi hingga menjelang magrib, setelah itu waktu yang tersisa mencari dalam hal akhirat. Contoh B mencari rezeki siang dan malam namun dalam sholat 5 (lima waktu) tidak tinggalkan juga, karena si B berprinsip kerja itu ibadah dan ibadah dapat dilakukan dimana saja.
Dalam hal mendidik anak, tidak bangga dengan anak yang sukses dalam karir dunia saja misalnya anak menjadi pengusaha besar, pejabat, ilmuwan tetapi anak tersebut meninggalkan agama. Apabila ini terjadi, maka ia akan menjadi pengusaha yang otoriter, pejabat yang korup, kasar dan lain-lainnya. Bahkan sebaliknya bangga akan anak-anak yang menjadi orang biasa saja tetapi dalam hal agama/ibadah ia rajin dan tekun.
Dalam hal pengaruh masjid terhadap pembinaan ibadah masyarakat sekitarnya masih belum memuaskan, ini dikarenakan hidayah Allah belum mengena pada seseorang, orang tidak pandai bersyukur kepada nikmat yang diberikan Allah, masih banyak orang mencari rezeki siang dan malam tetapi melupakan ibadahnya kepada Allah, kemudian masyarakat yang majemuk/heterogen tidak homogen, biasanya dalam hal persamaan persepsi yang heterogen yang susah mencari kesepakatan.
Sedangkan Visi dan Misi yang dilakukan adalah:

1. Langkahkan kaki ke masjid dengan banyak-banyak nama Allah/berdzikir

2. Jadikan bahwa sholat berjamaah di masjid lebih banyak pahalanya bila dibandingkan dengan sholat di rumah.

3. Orang laki-laki wajib untuk ke masjid.

4. Menggali ilmu dari iman-iman masjid

Terakhir kunci hidup adalah, harta bukanlah segala-galanya! Hidup hanya sementara, dan kehidupan manusia di dunia ini tidak akan pernah habis-habisnya maka dari itu beribadah kepada Allah untuk mengatasi hal tersebut.