Senin, 05 Mei 2008

Edisi Pertama No. 13

UMATKU?!

Oleh: M. Azam Prihatno Azwar*)

Berapa banyaknya penduduk negeri yang mendurhakai perintah Tuhan dan mendustakan rasul-rasulNya, mereka kami hisab dengan perhisaban yang keras, sedangkan di akhirat akan kami siksa dengan siksaan yang sangat mengerikan (Q.S. 65/At Talaq : 8)

Penjelasan Allah tentang kondisi suatu masyarakat di suatu negara/daerah seperti yang tertuang dalam Al Qur’an surat At Talaq di atas, diawali dengan pernyataan kuantitatif,yaitu “banyaknya penduduk yang durhaka” dimaksudkan untuk menyadarkan umat manusia terhadap dua hal: pertama, bahwa dengan banyaknya masyarakat yang mendurhakai Allah akan menimbulkan suatu kondisi kehidupan manusia yang tidak nyaman dan penuh kegelisahan sehingga dengan sendirinya upaya untuk membangun suatu masyarakat ideal akan semakin jauh dari realita.

Kedua, dengan “banyaknya” yang durhaka maka upaya yang sangat serius perlu dilakukan oleh sekelompok umat untuk mengurangi jumlah “penduduk durhaka” pada suatu negara/daerah. Upaya yang dilandasi oleh suatu semangat jihad yang dimanifestasikan dalam bentuk ‘amar ma’ruf nahi munkar.

Ayat tersebut kemudian dilanjutkan dengan suatu pertanggungjawaban (hisab) yang akan dimintai Allah pada hari akhir nanti, yang oleh karenanya Allah menegaskan kembali bahwa tidak ada suatu perbuatan yang dilakukan umat manusia yang tidak ada konsekuensinya, baik itu perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Manusia tidak pernah dibiarkan untuk ”bebas” berbuat di muka bumi ini. Allah telah menurunkan hidayahNya kepada setiap manusia berupa kalamNya dan Sunnah RasulNya, sebagai sumber mata air kehidupan yang sejuk dan jernih.

Kondisi Umat

Penduduk negeri yang mendurhakai Allah dan Rasul-rasulNya dapat digambarkan dengan jelas apabila realitas kehidupan umat manusia kita bandingkan dengan tuntunan suci umat manusia (Al Qur’an dan Sunnah Rasul), sebab, secara sederhana, penduduk yang mendurhakai Allah dan Rasul-rasulNya dapat didefinisikan sebagai penduduk yang tidak mau tunduk dan taat pada kitab tuntunan suci umat (Al Qur’an dan Sunnah Rasul).
Kondisi umat yang sekarang dominan terjadi di negeri ini, setidak-tidaknya, berhubungan dengan tiga hal, yaitu ”Otak”, ”Nafsu” dan ”Perut”.

A. Otak

Otak adalah alat berpikir yang diciptakan Allah dengan sangat luar biasa. Dalam otak manusia yang volumenya cuma 1,7 liter saja terdapat 100 milyar sampai 1 trilyun sel-sel syaraf, sehingga mampu menyimpan dan mengoperasionalkan bertriliyun memori untuk digunakan bagi kebahagiaan kehidupan manusia di muka bumi.

Sehingga dengan demikian, dengan otaknya manusia dapat menyelesaikan tugas-tugas ke-khalifahannya dengan relatif mudah. Dan oleh karena itu pula wahyu pertama yang diterima Muhammad SAW berhubungan erat dengan upaya untuk memaksimalkan fungsi otak, sebagaimana terdapat pada surat Al ’Alaq. ”Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah yang paling pemurah, (yang mengajarkan manusia) dengan perantaraan kalam”.
Inilah perintah pertama yang diturunkan Allah kepada umat Muhammad. Bukan sholat yang pertama diperintahkan Allah tetapi ”Baca”, yang apabila manusia

mau melakukan itu, maka Allah akan memudahkan kita melakukan aktivitas ”Baca” dengan perantaraan Kalam (budaya tulis baca).

Aktivitas ”Baca” inilah yang kalau dilakukan dengan sungguh-sungguh akan memaksimalkan fungsi otak manusia, sehingga sel-sel syaraf yang ada di otak akan bekerja dan memudahkan manusia dalam aktivitasnya. Perintah ”Baca” yang dimaksudkan adalah membaca tentang segala hal bukan hanya yang tertulis tetapi yang ”tidak tertulis” seharusnya juga dibaca. Tapi, kalau kita lihat perkembangan intelektual umat muslim saat ini, masih memperhatinkan, umat Islam jauh tertinggal sisi intelektualnya dari umat lainnya.

Padahal Allah, pada ayat-ayat berikutnya di Al Qur’an sangat banyak menyentuh wilayah ini dengan kalimat-kalimat antara lain sebagai berikut:

- ... dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (Q.S. Al Baqarah : 269)

- ... maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan (Q.S. Al Maidah : 100)

Banyak lagi ayat-ayat yang sejenis dengan hal tersebut.

B. Nafsu

Yang kami maksudkan dengan nafsu disini adalah nafsu syahwat (biologis), yaitu dorongan manusiawi untuk melakukan ”sesuatu” kepada lawan jenis.

Kehidupan seksualitas antara lawan jenis semakin hari semakin bebas saja, tidak ubahnya dengan hewan. Seks bebas melanda umat kita sampai ke pelosok-pelosok desa. Batas-batas aurat (sesuatu yang tidak boleh dipertontonkan kepada sembarang orang) semakin lama semakin kabur. Ingat fenomena goyang Inul dan sekarang yang sedang hangat jadi pembicaraan publik-perilaku erotis Dewi Persik. Mata kita semakin sulit dijaga dari dosa-dosa pandangan, seakan-akan tidak ada lagi tempat yang “aman” dari dosa mata. Beruntunglah orang-orang yang diberi Tuhan kenikmatan sebagai tuna netra.

Kehidupan yang mengumbar nafsu secara bebas dilarang Allah melalui ayat-ayatNya pada Q.S. An Nur 30 dan 31.


“Katakanlah kepada laki-laki ber-iman:”Hendaklah mereka menahan pandangan dan memelihara kemaluannya ...”.

”Katakanlah kepada wanita yang beriman ”Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasaannya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya...”.

Perintah ini sangat jelas dan gamblang sekali, namun betapa banyak umat yang mengabaikan bahkan menganggap sepele ayat ini.

C. Perut

Karena perut manusia bisa melakukan penipuan, korupsi, pembunuhan, pencurian bahkan perang antar negara. Karena urusan perut pulalah munculnya ideologi kapitalisme dan sosialisme. Hampir seluruh aktivitas kehidupan manusia di motivasi oleh ”perut”.

Dengan besar dan stategisnya tuntutan ”perut” dalam kehidupan manusia, hingga manusia sering lupa bahwa Allah juga memberikan tuntunanNya, agar kita selamat dan tidak terbuai oleh keinginan pemenuhan kebutuhan perut.

Kalau coba kita kolaborasikan surat Al Mau’un dan Surat At Takatsur, maka dapat kita lihat bagaimana Allah memberikan batasan-batasan dalam upaya pemenuhan tuntutan perut. Bahkan bagi mereka yang tetap saja melanggar batasan-batasan tersebut diberi gelar sebagai ”pendusta agama”. Batasan-batasan tersebut antara lain adalah:

- tidak boleh menyepelekan anak yatim

- mencegah setiap kegiatan yang dapat membuat orang lain menjadi miskin.

- Berbuat sombong dalam bentuk bermegah-megahan.

Dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan banyaknya orang yang susah dalam memenuhi tuntuan perut berbanding lurus dengan semakin banyak dan berkuasanya para ”pendusta agama”.

Melihat kondisi umat yang sedemikian, harus ada kaum beriman yang mau menyisihkan tenaga dan pikirannya, agar terjadi perbaikan yang signfikan.

Allah berfirman dalam Q.S. Al Maidah/5 : 54)

”Hai orang-orang beriman, barang siapa yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang:

1. Allah mencintai mereka dan mereka mencintainya.

2. yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin.

3. yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir.

4. yang berjihad di jalan Allah

5. dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela itulah karunia Allah, diberikanNya kepada siapa yang dikehendakinya dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.


Tidak ada komentar: